Header Ads

Eris Yong: Pancasila Ialah Falsafah Hidup Seluruh Warga Negara Indonesia


LIPUTAN SILAMPARI.COM-Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Musi Rawas, Lubuklingga dan Musi Rawas Utara (GMNI MLM), Bung Eris Yong Hengki, mengajak kita maknai Hari Lahir Pancasila dengan sebuah Gerakan yang besar sesuai dengan isi butir-butir Pancasila.

Sebagaimana kuat dan gagahnya  burung garuda (Lambang Negara Indonesia) yang siap menembus sendi-sendi jagat raya demi mencapai kejayaan yang didasari atas dasar azas-azas yang terkmaktum di dalam setiap butir-butir isi dari pancasila itu sendiri, berselimutkan sang saka merah-putih bersimbiosis sebagai lambang persatuan dan kerukunan seluruh rakyat Indonesia.

Dengan penuh penghayatan dan luasnya pandangan akan bangsa yang besar nan subur ini tentunya menjadi suatu keseriusan bagi Bung Karno untuk menetapkan arah dan tujuan bangsa ini, maka mengulik kembali ke sejarah silam tepatnya 14 Januari 1934, Bung Karno bersama sang istri, Inggit Garnasih serta ibu mertua (Ibu Amsi) dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tiba di rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende.

Dimana selama di pengasingan banyak aktivitas yang di lakukan Bung Karno untuk menghilangkan kebosanannya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat monoton. Salah satunya ialah Bung Karno seringkali mengunjungi pohon sukun, tidak jauh dari tempat tinggalnya yang berhadapan langsung dengan pantai Ende yang kerapkali membawa Bung Karno ke dalam renungan yang panjang. Dibawah rindangnya pohon sukun inilah, lima butir Pancasila itu tercipta, Bung Karno memiliki cerita tersendiri perihal itu, berikut yang dikisahkan soekarno.

"Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung.., di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudera bergolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya. Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan Revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari yang maha ada.

Kini pohon sukun itu dikenal sebagai pohon pancasila yang terletak di pusat kota ende. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa Buah pemikiran Soekarno akan Pancasila tidak muncul secara tiba-tiba. Pancasila hadir sebagai hasil dari proses perenungan diri Bung Karno selama empat tahun diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Soekarno pernah berkata bahwa Pancasila itu adalah benar-benar suatu dasar yang dinamis. Sebagai dasar yang benar-benar dapat menghimpun segenap tenaga rakyat Indonesia. Suatu dasar yang benar-benar dapat mempersatukan rakyat Indonesia.

Selain dari ideologi negara, Pancasila ialah falsafah hidup untuk seluruh rakyat Indonesia yang menentang imprealisme/kapitalisme dan komunisme. Dimana imprealisme/kapitalisme yang mementingkan ekonomi diatas segalanya serta putaran perekonomiannya hanya dimiliki oleh para kaum pemilik modal saja (kapitalis) yang sangat bertentangan dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemudian komunisme yang tidak mengedepankan keberadaan tuhan dalam hal apapun (atheis) sangat bertentangan dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai mana termaktum di dalam butir-butir Pancasila.

Maka memperingati Hari Lahir Pancasila sangatlah penting bukan hanya karena ini bernilai sejarah, tetapi karena makna yang terkandung dalam setiap butir sila Pancasila merupakan hal yang harus dihayati setiap saat oleh warga Indonesia.

Dalam memaknai hari lahir pancasila ini tentunya perlu kita lakukan suatu gerakan atau tindakan-tindakan yang berselaraskan dengan isi dari butir-butir pancasila bukan hanya bersifat seremonial belaka, dimana tindakan itu harus kita hayati dan kita jalani didalam berbangsa dan bernegara karena Pancasila merupakan jiwa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya dasar negara, melainkan juga falsafah hidup untuk seluruh warga negara Indonesia.(Ajn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.